“Tren remaja sekarang itu menggendut”.
Ungkap Vitri Widyaningsih, dr., M.S., Ph.D., Kepala Program Studi S2 Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) selaku pembicara dalam acara Webinar Mental Health secara virtual yang bertema: Menjaga Kesehatan Mental pada Remaja diselenggarakan akhir bulan Oktober 2020 yang diikuti oleh sejawat puskesmas, guru, orang tua, dan partisipan lainnya, bahwa salah satu tugas utama institusi pendidikan Universitas Sebelas Maret adalah pengabdian kepada masyarakat. Acara ini adalah rangkaian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Berbagi (sharing) ilmu adalah kewajiban seorang pendidik pada masyarakat. Kegiatan ini berfokus pada gaya remaja masa kini (trend) yang cenderung semakin lama semakin menggendut. Perubahan pola hidup, gaya hidup, dll. itu membawa banyak perubahan pada remaja-remaja kita dan itu berdampak tidak hanya ke fisik tapi juga ke mental remaja. Diharapkan kita (orangtua, guru, orang dewasa) melangkah bersama agar remaja-remaja semua itu tidak hanya sehat fisik tapi juga mentalnya.
Dari uraian yang disampaikan Vitri Widyaningsih, dr., M.S., Ph.D. dan sejawat lainnya selanjutnya akan diuraikan secara singkat dan rinci oleh Ifa Hanifah Misbach, S.Psi., M.A., seorang psikolog, selaku pembicara di acara webinar Mental Health ini, yang menerangkan bahwa orang tua harus menemani remaja dalam menjaga kesehatan mentalnya, serta mengenali tahapan perkembangannya. Pendidikan karakter remaja itu menjadi tanggungjawab orang dewasa (orang tua atau guru). Remaja itu sedang memasuki masa transisi yakni mengembangkan identitas diri dan identitas sosial dalam pergaulan. Selain itu, tubuh remaja berada pada fase puncak biologis sehingga antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis tidak saling mendukung. Oleh karena itu, remaja membutuhkan olah gerak yang intens agar dapat dikendalikan secara terarah dan seimbang oleh dirinya sendiri untuk menerima keadaan fisiknya (percaya diri, pintar, tekun, kreatif, peduli, setia kawan, dsb).
Permasalahan umum yang sering dihadapi remaja adalah:
1. Harga diri, sensitif terhadap penolakan, sensitif dengan citra tubuh (body image), sulit mengendalikangejolak emosi, pelecehan seksual, stress, bullying, tekanan teman sebaya, membangkang, kompetisi, dsb.
2. Seberapa serius remaja di dengar oleh orang dewasa (Orang tua atau guru)
3. Jangan sepelekan ‘kesepian’.
Anak-anak yang berperilaku buruk sebetulnya adalah anak-anak yang tidak mendapatkan ‘dukungan’ dari orang dewasa (orang tua atau guru). Anak yang tidak pernah didengar dari kecil, berpeluang menjadi remaja yang memberontak.
Setelah tahu apa tugas orang tua dan guru maka remaja perlu ditemani sehingga remaja menemukan keunikan dirinya yang menimbulkan suatu kekuatan yang menghasilkan jati diri (identitas) remaja yang pada akhirnya akan menjadi sehat mental.
Pada tahap remaja, pekerjaan yang paling serius dilakukan oleh orang dewasa (orang tua atau guru) adalah disaat remaja menemukan identitas dirinya. Demi remaja kita sehat mental, apakah kita sebagai orang tua berani ‘memerdekakan diri’ dari rasa ‘takut’ untuk memberikan kepercayaan pada remaja untuk ‘menentukan pilihannya’?
HUMAS FK UNS: Ari Kusbiyanto